™[]Sumber Pembuat,Author,Created,dll sudah ada Di dalam Rarnya[]™

™[]Klik Judul postingan untuk melihat Isi selengkapnya!![]™

Jumat, 13 April 2012

0 Kewirausahaan, Etika Dan Hati Nurani

KEWIRAUSAHAAN, ETIKA DAN PROFESI
Kewirausahaan, Etika Dan Hati Nurani










Di Susun Oleh : Rakhmat Adi Kurniawan
NPM : 0651-10-283
Kelas : J



Program Studi Ilmu Komputer
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan
BOGOR
2012

Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena kita telah diberi nikmat dan kasih sayang yang berlimpah. Atas berkat rahmat Allah SWT kami dapat menyelesaikan tulisan ilmiah Character Building "KEWIRAUSAHAAN, ETIKA DAN PROFESI", kami berharap tulisan ilmiah ini dapat membantu memahami lebih dalam materi di mata kuliah Kewirausahaan, Etika Dan Profesi.
Dalam tulisan ilmiah ini menjelaskan materi Kewirausahaan, Etika Dan Profesi, dimana berwirausaha itu menciptakan sesuatu yang baru (kreasi yang baru) dan setiap berwirausaha harus disertai dengan etika yang baik karena baik buruknya pekerjaaan kita di pandang dari etika kita sendiri.
Akhirnya saya menyadari sepenuhnya, bahwa dalam menyusunan tulisan ilmiah ini jauh dari kata sempurna. Semoga tulisan ilmiah ini biasa bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi kami selaku penyusun. Dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dalam perbaikan makalah ini. Semoga bermanfaat untuk kedepannya.




            

Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
BAB I. Pendahuluan............................................................................................ 4
BAB II. Tinjauan Pustaka.................................................................................... 6
BAB III. Pembahasan.......................................................................................... 8
               3.1. KEWIRAUSAHAAN...................................................................... 8
                      3.1.1. Pengertian Kewirausahaan................................................. 8
                      3.1.2. Sejarah kewirausahaan........................................................ 9
                      3.1.3. Proses kewirausahaan......................................................... 9
                      3.1.4. Ciri-ciri dan Sifat kewirausahaan........................................ 9
               3.2. ETIKA DAN HATI NURANI......................................................... 10
                      3.2.1. Pengertian Etika.................................................................. 10
                      3.2.2. Peranan Etika Dalam Hati Nurani...................................... 11
      BAB IV. Kesimpulan...................................................................................... 16
Daftar Pustaka..................................................................................................... 17

BAB I
PENDAHULUAN

Sebenarnya definisi kewirausahaan itu cukup bervariasi, tapi di sini kita coba buat definisi kewirausahaan ini secara umum dan bahasa sehari-hari.
Seperti kita tahu kewirausahaan berasal dari kata dasar wirausaha dan wirausaha terdiri dari 2  kata yaitu, wira yang berarti kesatria, pahlawan, pejuang, unggul, gagah berani, sedangkan satu lagi adalah kata usaha yang berarti bekerja, melakukan sesuatu.
            Dengan demikian pengertian dari wirausaha ditinjau dari segi arti kata adalah orang tangguh yang melakukan sesuatu. Tetapi kalau definisi kewirausahaan yang lebih detail disini akan kita ambil dari beberapa sumber.
Mengacu dari Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan
Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, disebutkan bahwa:
  1. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan.
  2. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang  lebih besar.
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita. Untuk itu perlu kiranya bagi kita mengetahui tentang pengertian etika serta macam-macam etika dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Ø  Richard Cantillon (1775)
            Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa  yang  akan  datang  dengan  harga  tidak  menentu.  Jadi  definisi  ini  lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian
Ø  Jean Baptista Say (1816)
            Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari produksinya.
Ø  Frank Knight (1921)
            Wirausahawan  mencoba  untuk  memprediksi  dan  menyikapi  perubahan  pasar. Definisi           ini            menekankan    pada    peranan               wirausahawan dalam            menghadapi ketidakpastian  pada  dinamika  pasar.  Seorang  worausahawan  disyaratkan  untuk melaksanakan                     fungsi-fungsi manajerial            mendasar         seperti  pengarahan      dan pengawasan
Ø  Joseph Schumpeter (1934)
            Wirausahawan  adalah  seorang  inovator  yang  mengimplementasikan  perubahan- perubahan  di  dalam  pasar  melalui  kombinasi-kombinasi  baru.  Kombinasi  baru tersebut bisa dalam bentuk (1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, (2) memperkenalkan  metoda produksi baru, (3) membuka pasar yang baru (new market), (4) Memperoleh sumber  pasokan baru dari bahan atau komponen baru,  atau  (5)  menjalankan  organisasi  baru  pada  suatu  industri. Schumpeter mengkaitkan  wirausaha  dengan  konsep  inovasi  yang  diterapkan  dalam  konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
Ø  Penrose (1963)
            Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi Kapasita ata kemampua manajeria berbeda   denga kapasitas kewirausahaan.
Ø  Harvey Leibenstein (1968, 1979)
            Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi  dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
Ø  Israel Kirzner (1979)
            Wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar. Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio. Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik  dalam menjalankan sesuatu. Hasila akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.
Ø  Peter F. Drucker
            Kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahan adalah orang yang  memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain. Atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.
Ø  Zimmerer
            Kewirausahaan  sebagai  suatu  proses  penerapan  kreativitas  dan  inovasi  dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).
Ø  Drs. O.P. SIMORANGKIR  
            Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
Ø  Drs. Sidi Gajalba
            dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1     Kewirausahaan
          3.1.1    Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan (Entrepreneurship) atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.
Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Richard Cantillon (1775), misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian. Berbeda dengan para ahli lainnya, menurut Penrose (1963) kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau untuk menciptakan belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya dan menurut Peter Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan. Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.
3.1.2    Sejarah kewirausahaan
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada tahun 1755. Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20. Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenadengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan.  DI Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja.  Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.

3.1.3    Proses kewirausahaan
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave, proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk ‘’locus of control’’, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausahawan yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang memengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan keluarga.
3.1.4    Ciri-ciri dan Sifat kewirausahaan
Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang memerlukan ciri-ciri dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan. Ciri-ciri seorang wirausaha adalah:
·   Percaya diri
·   Berorientasikan tugas dan hasil
·   Pengambil risiko
·   Kepemimpinan
·   Keorisinilan
·   Berorientasi ke masa depan
·   Jujur dan tekun
      
         Sifat-sifat seorang wirausaha adalah:
·  Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
·  Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik ddan memiliki inisiatif.

                     Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.
·  Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.
·  Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
·  Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan.
·  Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.

3.2     Etika Dan Hati Nurani
          3.2.1 Pengertian Etika
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy).
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain.[1] Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).

3.2.2  Peranan Etika Dalam Hati Nurani
Hati Nurani adalah kesadaran akan kewajiban berhadapan dengan sistuasi konkret yang saya hadapi kini dan disini. Berkaitan dengan adanya kesadaran (conscientia = bersama dengan, turut mengetahui) tentang perbuatan dan tentang pelaku (diri sendiri). Semacam instansi dalam bati kita, yang menilai dari segi moral perbuatan-perbuatan yang kita lakukan. Cara berfungsinya Sebagai vindex : menilai perbuatan yang telah berlangsung Sebagai index : menilai perbuatan yang akan datang Sebagai ludex : menilai perbuatan yang sedang dilakukan. Kemutlakan hati nurani, tuntutannya mutlak, tidak dapat di tawar-tawar. Memerintahkan tanpa syarat (imperatif kateoris). Mengikuti hati nurani merupakan hak dasar bagi setiap orang. Hati nurani adalah norma terakhir bagi perbuatan-perbuatan kita. Hati nurani bisa keliru tuntutannya mutlak tapi belum tentu benar (bisa benar bisa salah). Perlu dibedakan : saat sebelum keputusan diambil, Saat keputusan diambil. Sifat personal dan Adipersonal hati nurani; bersifat personal karena selalu berkaitan erat dengan pribadi yang bersangkutan dan hanya memberi penilaiannya tentang perbuatan saya sendiri. Bersifat Adipersonal, karena Hati nurani (Nur = cahaya) berarti hati yang diterangi, terhadap hati nurani seakan kita menjadi “pendengar”, mempunyai aspek transenden, yang melebihi pribadi kita, dan karena aspek adipersonal ini, hati nurani memiliki dimensi religius. Penentuan baik buruk , benar salah. Perbuatan yang dilakukan atas desakan hati nurani belum tentu secara objektif juga baik.Yang sebenarnya mau diungkapkan bukanlah baik buruknya perbuatan itu sendiri, melainkan bersalah tidaknya si pelaku. Maka kita tidak pernah boleh bertindak bertentangan dengan hati nurani kita. Akan tetapi manusia wajib juga mengembangkan hati nuraninya dan seluruh kepribadian etisnya samapi menjadi matang dan seimbang (yang subjektif dan objektif menjadi sama).
C. Hakikat-hakikat Hati Nurani
1. Penghayatan atas yang baik dan yang buruk di dalam tingkah laku yang konkret.
Hati nurani merupakan penerapan kesadaran moral yang tumbuh dan berkembang dalam hati manusia dalam situasi konkret.
2. Kekuatan Hati Melebihi Kekuatan Pikiran.
Akal manusia sungguh sangat liberal dan radikal mampu menembus ruang dan waktu mengembara dari khayal ke khayal, mampu berfikir untuk berkreasi dan berinovasi, membuat aturan-aturan untuk dirinya dan sesamanya, bahkan dengan akal itu pula manusia dapat berbuat sangat kejam, melanggar norma-norma yang dapat merusak sistem kehidupan. Dengan akal pula manusia mampu menguasai bumi dengan cara mengolah sumber-sumber daya yang ada di bumi dan memanfaatkannya untuk kepentingan dirinya, bahkan manusia mampu pergi ke ruang angkasa, menginjakan kakinya di bulan dan suatu saat nanti akan dapat pula mengeksplorasi sumber daya di ruang angkasa.
Itulah akal manusia yang dianugerahkan Tuhan hanya untuk manusia, anugrah ini tentunya harus dipergunakan untuk mensyukuri nikmatnya, akal yang senantiasa bersyukur ini disebut akal sehat, akal sehat selalu bersanding dengan hati nurani.
Hati nurani atau hati kecil hati adalah hati yang selalu diliputi cahaya sang Maha Pencipta, mengikuti irama alam semesta yang memang diciptakan Tuhan untuk manusia maka tatkala manusia yang berhati nurani melihat ketidak sesuaian atau adanya ketidak selarasan dengan alam ini maka dirinya kan tergerak untuk merubahnya dan menyesuaikan dengan keselarasan alam tadi.
Ketika seseorang dengan hati nurani, melihat ada orang lain yang patut ditolong pasti akan ditolongnya tanpa menghiraukan apa jenis warna kulitnya dari bangsa atau kelompok mana yang ditolong itu berasal. Dengan hati nurani juga manusia bisa berbuat baik untuk seluruh mahluk yang ada di alam ini dengan memberi perlindungan secara maksimal dengan menjaga keseimbangannya. Inilah manusia yang dapat memberi rahmat atas alam ini, pembawa damai dan toleransi.
3. Pemberi Peringatan yang Paling Halus.
Hati nurani itu penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan, dan kebenaran yang hakiki. Dengan demikian kenapa hati nurani ini tidak kita jadikan sebagai salah satu pertimbangan yang mendasar didalam pengambilan suatu keputusan terhadap apa yang akan kita kerjakan. Suatu philosofi yang mendasarkan bahwa seseorang jika melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya, maka dia akan dihantui oleh kesalahan-kesalahan. tersebut. Ada lagi kata-kata “orang lain mungkin dapat anda tipu, tapi hati nurani anda, pasti akan sulit untuk anda bohongi”. Kata-kata ini bermakna cukup mendalam sebagai hukuman bagi seseorang yang melakukan suatu hal yang bertentangan dengan nurani. Bahkan hukuman ini mungkin lebih keras dari hukuman fisik, karena hal ini merupakan hukuman bathin, atau yang biasa disebut “tekanan bathin”. Marilah kita selalu bercermin kepada hati nurani, karena didalamnya terkandung nilai-nilai luhur, yang akan membawa kemaslahatan bagi kita sendiri dan orang-orang disekitar kita. Janganlah pertimbangan-pertimbangan negatif lebih mendominasi, sehingga menyebabkan “buta”nya hati nurani. Kembalilah kepada pemikiran-pemikiran positif dalam mencermati suatu masalah dengan koridornya adalah hati nurani. Janganlah konsep materialistis sampai mengesampingkan hati nurani, kita tidak akan mampu lari dari kesalahan-kesalahan akibat melawan nurani itu.
4.Hati nurani merupakan martabat terdalam diri manusia.
Hati nurani diberikan secara langsung oleh Sang Pencipta kepada manusia. Anugrah inilah yang mampu membantu manusia dalam membedakan suatu hal yang baik dan yang buruk. Hati nurani inilah yang memberikan dorongan bagi manusia untuk melakukan sesuatu ataupun tidak melakukan sesuatu. Karenanya apabila kita tidak mengikuti apa yang dikatakan oleh hati nurani, maka hal itu sama dengan mengkhianati martabat terdalam yang ada pada diri kita serta menghancurkan integritas pribadi kita sebagai manusia.
5. Hati nurani tempat kesadaran manusia untuk merefleksikan diri.
Kesadaran inilah yang mampu membedakan manusia dengan mahluk ciptaan Tuhan lainnya. Hati nurani inilah yang menuntut manusia untuk melakukan perbuatan yang bersifat moral (baik dan buruk). Tidak hanya itu, hati nurani juga memiliki kemampuan untuk mengetahui dan menilai suatu perbuatan bersifat moral ataupun amoral, dengan kata lain hati nurani juga dapat dijadikan sebagai “saksi” yang mengetahui perbuatan yang kita lakukan.
Suara hati menilai suatu tindakan manusia benar atau salah , baik atau buruk. Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun dapat keliru.
6. Bersifat retrospektif dan prospektif.
Hati nurani retrospektif memberikan penilaian terhadap perbuatan-perbuatan yang telah berlangsung di masa lampau. Hati nurani retrospektif mampu mencela dan menuduh apabila perbuatan yang dilakukan manusia tergolong amoral (perbuatan yang buruk), memberikan kepuasan apabila perbuatan yang dilakukan terpuji dan dianggap baik. Dengan demikian hati nurani dapat dianggap sebagai badan kehakiman dalam batin manusia mengenai perbuatan yang telah berlangsung. Apabila hati nurani memberikan tuduhan yang menggelisahkan ini berarti manusia miliki a bad conscience, sedangkan apabila hati nurani memberikan kesenangan atas suatu tingkah laku baik ini menunjukkan bahwa manusia memiliki a good conscience.
7. Hati nurani juga berkaitan dengan personal dan adipersonal manusia.
Hati nurani personal berkaitan dengan pribadi yang bersangkutan. Hati nurani ini akan berkembang seiring dengan perkembangan seluruh kepribadian manusia, dan hanya memberikan penilaian atas perbuatannya sendiri. Sedangkan pada aspek adipersonal hati nurani mempunyai suatu aspek transenden yang artinya melebihi pribadi kita. Bagi umat beragama hati nurani adipersonal berkaitan dengan dimensi religius.
8. Pegangan menuju keputusan yang baik dan benar.
Dalam setiap pertimbangan yang kita miliki dan dalam melakukan atau memutuskan sesuatu selalu dipengaruhi oleh logika dan hati nurani. Ada kalanya logika manusia tidak dapat memberikan keputusan terbaik, maka diharapkan hati nurani memegang kendali atas keputusan kita. Hati nurani merupakan salah satu ”otak” dalam pengambilan keputusan disamping logika. Hati nurani dapat juga memberikan penilaian dan rasa tanggung jawab terhadap keputusan tersebut.Hati nurani memiliki fungsi sebagai ”juri” atas diri kita. Hati nurani akan terus memberikan penilaian terhadap perbuatan, keputusan, dan cara hidup kita.
9. hati nurani makin lama makin terasa dan memiliki peranan
Seiring perkembangan zaman, terjadi pula banyak perubahan dalam tatanan masyarakat, termasuk di dalamnya perubahan di bidang tata moral masyarakat. Dalam kehidupan moral sehari-hari, peranan hati nurani makin lama makin memiliki peranan. Jika dalam masyarakat tidak ada lagi konsensus mengenai norma moral, dan jika kesadaran bersama akan patokan menjadi kabur, maka perbuatan seringkali tergantung pada keyakinan pribadi dan pada hati nurani. Agar mampu mengambil keputusan yang baik dan benar, seseorang harus memiliki hati nurani yang dewasa dan matang.
10. hati nurani yang luhur dapat membuat manusia melakukan hal besar, dan di sisi lain, hati nurani yang tersesat dapat membuat manusia melakukan hal yang sama sekali tidak berperikemanusiaan
11. Pengendali Hidup Manusia
Institusi pengendali hidup manusia sebenarnya tidak satu perkara atau hal, melainkan banyak hal, diantara pengendali itu ada yang saling menguatkan, ada yang saling merobohkan. Pengendali hidup manusia adalah kebutuhan jasmaniah, kondisi alam lingkungannya, peradaban dimana ia dilahirkan, akal fikirannya, perasaannya, keyakinannya, situasi politik dan sosialnya, serta hati nuraninya.
Hati nurani merupakan tempat keberadaan nilai-nilai yang bersifat fitrah. Dalam setiap diri kita tertanam nilai-nilai fitrah seperti kasih sayang, kesabaran, kelemah-lembutan, serta kerinduan akan kebenaran yang hakiki. Hati nurani merupakan kekuatan pendorong bagi manusia untuk selalu rindu pada kebenaran. Sehingga apabila kehidupan sosial kita dibangun di atas hati nurani, maka kehidupan sosial kita akan aman damai.
12. Kebaikan ini akan terasa mudah apabila kita sering mengikuti hati nurani dalam berbicara dan bertindak
Hati nurani cenderung kepada kebaikan. Kebaikan ini akan terasa mudah apabila kita sering mengikuti hati nurani dalam berbicara dan bertindak. Namun, bagi seseorang yang sudah terbiasa melakukan sesuatu tidak berdasarkan hati nurani hal ini akan menjadi berat. Perlu kekuatan yang luar biasa untuk mengikuti hati nurani. Terutama hal yang belum bisa diterima oleh keadaan sekitar. Disini keyakinan dan optimisme perlu ditanamkan dalam pikiran dan hati kita. Setiap manusia pastilah mempunyai hati nurani. Kejujuran yang ada di dalam hati manusia. Seringkali kita melakukan tindakan yang sesuai dengan hati nurani. Kata hati nurani tidak pernah bohong. Namun, banyak konsekuensi yang akan kita dapatkan apabila kita mengkuti hati nurani. Karena seringkali hati nurani yang kita rasakan tidak mudah diterima oleh keadaan sekitar kita. Sehingga kadang-kadang ada tarik menarik antara mengikuti hati nurani atau mengingkarinya.
E. Virtualisasi dan Revitalisasi Hati Nurani
Hati nurani butuh penyegaran, didikan, latihan, rekreasi, reorientasi, penanaman paradigma. Hati nurani merupakan pemberian Sang Pencipta yang perlu dibina. Pembinaan ini ada yang halus dan jitu, ada yang kuran tepat dan longgar, serta ada pula yang tumpul. Hati nurani yang tumpul biasanya disebabkan adanya salah didikan yang ditanamkan sejak kecil. Keadaan hati nurani (longgar, tumpul, maupun jitu), semuanya bergantung pada pendidikan lingkungan. Karenanya dibutuhkan suatu pembinaan terhadap hati nurani agar moral manusia tetap terjaga.
Orang dari jaman dahulupun sudah menyadari akan peran informasi-informasi yang didapatkan dari lingkungan terhadap perilaku manusia. Kualitas hati nurani yang dimiliki seseorang tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungan. sekitar orang tersebut. Secara tidak langsung kualitas hati nurani seseorang dipengaruhi oleh lingkungannya. Melalui lingkunganlah seseorang membentuk nilai-nilai moral dan tanggung jawab. Lingkungan merupakan menjadi sumber pengetahuan bagi hati nurani. Lingkungan yang berpengaruh itu dapat berupa keluarga, teman, pergaulan, budaya, agama, dan tradisi. Jika seseorang hidup dalam lingkungan yang baik maka hati nurani yang terbentuk akan memiliki kualitas yang baik dan sebaliknya.
Kesadaran manusia dalam bertindak dan merfleksikan apa yang telah dilakukan sangat dipengaruhi oleh hati nurani. Hati nurani inilah yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan moral (baik atau buruk), serta melakukan penilaian terhadap sikap yang telah ataupun hendak dilakukan. Dalam hal ini hati nurani melakukan penilaian suatu tindakan baik secara retrospektif maupun prospektif, dan bertindak sebagai “saksi” atas perbuatan yang telah dilakukan. Peran hati nurani yang begitu besar dalam mempengaruhi sikap serta tindakan yang diperbuat menuntut pengelolaan hati nurani yang baik, dan tepat.
Pembinaan hati nurani yang tidak tepat dapat berakibat pada rusaknya nilai – nilai moral yang ada dalam diri manusia.
Hati nurani , sebagai penilaian dari suatu perbuataan, tidak luput dari kemungkinan untuk keliru. Kepincangan dan gangguan hati nurani tersebut akan sangat berpengaruh pada saat seseorang membuat keputusan. Hati nurani yang terganggu atau pincang dapat mengakibatkan orang sulit mengambil keputusan, bahkan dapat menentukan keputusan yang salah secara moral.
hati nurani dapat juga menjadi tumpul/salah/tersesat jika manusia tersebut tidak pernah mendengarkan suara hati nuraninya ataupun karena lingkungan yang ada disekitar mausia tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN


Kewirausahaan (Entrepreneurship) atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.
Etika adalah ilmu yang mempelajari tentang baik atau buruknya sesuatu. Bila dikaitkan dalam hati nurani maka etika adalah keadaan yang menggambarkan baik buruknya tindakan dalam hati nurani seseorang. Etika itu sendiri sangat penting dalam kehidupan baik di masyarakat maupun di kehidupan kampus.
Agar etika dapat diterapkan dalam hati nurani ,ada beberapa hal yang dapat dilakukan diantaranya :
Hati nurani terbagi atas dua bagian:
a.    Hati nurani retrospektif, yakni hati nurani yang menilai perilaku kita di masa lalu.
b.    Hati nurani prospektif, yakni hati nurani yang merencanakan perbuatan yang akan kita lakukan di masa datang.
DAFTAR PUSTAKA


·         http://id.wikipedia.org/wiki/Kewirausahaan
·         http://duniabaca.com/pengertian-etika-dan-macam-macamnya.html
·          http://purowkerto-community.blogspot.com/


·Alma, Prof. Dr. Buchari, 2007, Kewirausahaan, Edisi Revisi, Penerbit Alfabeta, Bandung.
·     Kasmir, 2007, Kewirausahaan, PT RajaGrafindo Perkasa, Jakart

0 komentar:

Posting Komentar